Sumber: Kompas Cyber Media, Jumat, 24 Oktober 2003
Mereka menjadi pembicaraan di sekitar api unggun saat
orang-orang Amerika berkemah. Mereka juga menjadi subjek yang
dicari-cari peneliti dan para fotografer. Mereka adalah makhluk
misterius serupa kera besar yang hidup di wilayah pegunungan Amerika
Utara. Beberapa orang menyebutnya sebagai Sasquatch. Yang lain
memanggilnya Bigfoot.
Ribuan orang mengaku pernah melihat manusia kera berbulu lebat
itu, namun bukti keberadaannya masih kabur. Memang ada beberapa foto
yang memperlihatkan makhluk tinggi besar tersebut, tetapi
keasliannya diragukan. Sejauh ini banyak pula jejak-jejak kaki yang
terlihat, tapi barangkali orang-orang isenglah yang membuatnya. Sisa
tulang belulangnya pun tidak pernah ditemukan.
Meski begitu, ada sekelompok kecil ilmuwan yang masih tergoda
mencari, bahkan meyakini keberadaan Bigfoot. Walau mungkin mendapat
cemooh dari rekan-rekannya, namun kelompok ini mengungkapkan adanya
bukti-bukti forensik yang cukup untuk menjalankan suatu ekspedisi
yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yakni penelitian ilmiah yang
komprehensif untuk membuktikan bahwa makhluk legendaris itu
benar-benar ada.
"Berdasar bukti-bukti ilmiah yang telah kami pelajari, Saya yakin
ada makhluk di luar sana yang belum diidentifikasikan," kata Jeff
Meldrum, seorang profesor anatomi dan antropologi di Idaho State
University, Pocatello.
Keturunan kera dari Asia
Cerita mengenai Sasquatch
telah terdengar sejak berabad-abad lalu. Legenda mengenai kera
raksasa itu selalu diceritakan dari mulut ke mulut oleh kebanyakan
suku Indian di Amerika, juga bangsa-bangsa asli Eropa dan Asia.
Orang-orang di Himalaya memiliki Manusia Salju Buruk Rupa yang
disebut Yeti. Di kalangan orang-orang Aborigin Australia, Bigfoot
dikenal sebagai Yowie Man.
Keberadaannya di antara bangsa-bangsa menimbulkan dugaan bahwa
makhluk-makhluk di Amerika, Eropa dan Asia itu adalah keturunan dari
sebangsa kera besar Asia yang bermigrasi hingga Amerika Utara pada
jaman es. Para ilmuwan percaya saat ini setidaknya ada 2.000 manusia
kera yang tinggal di hutan-hutan pegunungan Amerika Utara.
Makhluk jantan dewasa dari jenis ini diperkirakan berukuran
tinggi 2,4 meter, beratnya sekitar 360 kilogram, dan mempunyai kaki
yang ukurannya dua kali lebih besar dari kaki manusia sehingga
mereka dikenal sebagai Bigfoot. Makhluk misterius ini diduga aktif
malam hari (nocturnal) dan pemalu. Makanan utamanya adalah
buah-buahan dan berbagai jenis berri.
Saksi mata
Apakah Bigfoot benar ada? Ya bagi
orang-orang seperti Matt Moneymaker. Moneymaker, seorang penjelajah,
telah mencari Bigfoot selama bertahun-tahun. Suatu hari, di hutan
sebelah timur Ohio, ia mengklaim berjumpa dengan primata itu. "Saat
itu jam dua pagi dan bulan seperempat penuh," kata Moneymaker.
"Tiba-tiba di depan saya berdiri makhluk setinggi 2,4 meter, berdiri
pada jarak lima meter, dan menggeram kapada saya. Ia seolah berkata
bahwa saya berada di tempat yang salah."
Moneymaker, yang tinggal di Dana Point, California bagian
selatan, adalah seorang pengacara yang di waktu senggangnya
mengelola Bigfoot Field Researchers Organization, suatu jaringan
yang terdiri dari sekitar 3.000 orang yang mengaku pernah bertemu
Sasquatch.
Meski banyak yang mengaku melihat makhluk itu, sayang sekali
tidak satupun yang berhasil memotretnya. Barangkali foto Bigfoot
paling terkenal adalah yang diambil oleh Roger Patterson pada tahun
1967. Foto kontroversial itu melukiskan Bigfoot betina yang berjalan
tergesa-gesa di tepi sebuah sungai di California utara. "Makhluk itu
jelas-jelas bukan manusia," kata Moneymaker.
Untuk membuktikan bahwa mereka bukan sekedar berkhayal, para
pendukung Bigfoot itu kini mencari bukti-bukti forensik untuk
membuktikan keberadaannya. Penyelidik Jimmy Chilcutt dari Kepolisian
Conroe, Texas, yang merupakan ahli dalam sidik jari dan jejak kaki,
telah menganalisa lebih dari 150 cetakan kaki Bigfoot, yang disimpan
di laboratorium Meldrum di Universitas Idaho.
Berdasar salah satu cetakan jejak kaki yang ditemukan tahun 1987
di Walla Walla, negara bagian Washington, Chilcutt meyakinkan bahwa
Bigfoot benar-benar ada. "Pola dan teksturenya berbeda dengan pola
lain yang pernah saya lihat," ujarnya. "Jelas ini tidak berasal dari
manusia atau dari primata lain yang pernah saya ketahui. Pola
alurnya memanjang sepanjang telapak, tidak seperti jejak manusia
yang melebar. Tekstur telapak juga dua kali lebih tebal dibanding
manusia, yang mengindikasikan makhluk ini memiliki kulit yang sangat
tebal."
Sementara Meldrum mengatakan bahwa cetakan seberat 180 kilogram
yang dikenal sebagai Cetakan Skookum menyajikan bukti yang lebih
jelas mengenai keberadaan Bigfoot. Cetakan itu dibuat bulan
September 2000 dari bekas jejak makhluk yang berbaring menyamping di
sekitar tanah lumpur di Hutan Nasional Gifford Pinchot, di
Washington.
Cetakan Skookum menggambarkan bentuk-bentuk yang diketahui
sebagai lengan, paha, pinggul, dan juga betis. "Ukurannya 40 hingga
50 persen lebih besar dari manusia normal," kata Meldrum. "Dan
anatominya tidak serupa dengan hewan-hewan yang sudah dikenal."
Mengenai hal itu, beberapa akademisi percaya Meldrum bisa jadi
benar. Peneliti simpanse terkenal, Jane Goodall, bahkan mengatakan
dirinya yakin bahwa primata-primata besar yang belum ditemukan,
seperti Yeti atau Sasquatch, benar-benar ada.
Golongan tidak percaya
Meski demikian, mayoritas
ilmuwan menganggap Bigfoot hanyalah omong kosong belaka. Mereka
mengatakan bila makhluk itu memang ada, mengapa tidak satupun yang
pernah tertangkap baik hidup maupun mati. Mengenai hal itu, para
pembela Bigfoot berargumen bahwa makhluk itu sifatnya pemalu dan
aktif di malam hari. Mereka juga menyebutkan bangkainya tidak pernah
ditemukan seperti halnya kita jarang menemukan bangkai beruang
grizzly di alam bebas.
Hal yang meragukan lagi adalah kenyataan dimana contoh-contoh
rambut yang dibawa saksi mata ternyata berasal dari rusa elk,
beruang atau sapi. Beberapa penglihatan dan jejak kaki, setelah
diselidiki ternyata palsu. "Bukti-itu adalah hasil kerja orang-orang
yang mencari sensasi," kata Michael Dennett, salah satu peneliti
yang tidak percaya.
Keraguan Dennett terhadap Bigfoot makin besar setelah ia
mendengar cerita putra Ray Wallace, seorang pencari jejak Bigfoot.
Wallace yang meninggal tahun lalu, menurut sang putra, ternyata
menciptakan legenda Bigfoot dengan membuat jejak-jejak kaki palsu
dari kayu di wilayah perkemahan sebelah utara California pada tahun
1958.
Sedangkan mengenai cerita dari para saksi mata, Dennett lebih
menganggapnya sebagai halusinasi orang-orang saja. "laporan-laporan
itu sama dengan laporan dari mereka yang mengaku melihat monster
Loch Ness, UFO, atau makhluk lain," katanya. "Pikiran mengenai
monster merupakan produk dari khayalan manusia. Kita mendengar
cerita-cerita seperti itu di seluruh dunia, karena pada dasarnya
setiap manusia memiliki monster dalam pikirannya sendiri."
(nationalgeographic/wsn)
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
Pada tahun 1985-1986, Sinar Harapan menerbitkan 3 buku komik berukuran besar tentang UFO. terjemahan karya Jacques Lob (naskah) dan Robert ...
-
Di tahun 1980an, ada banyak buku dan majalah UFO berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Tanadi Group. Salah satunya adalah dalam bentuk s...
-
Willy Soeharly Willy Soeharly, warga Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) melaporkan kepada BETA-UFO bahwa ia memiliki foto-foto artifak yang d...
-
Pekan Ufologi dan Antariksa #2 berlangsung tanggal 5 dan 6 Oktober 2024 dalam rangka ikut memeriahkan World Space Week (4 – 10 Oktober 2024)...
-
Pameran Ufologi UNKNOWN ENCOUNTERS Kurator: Irene Agrivina Seniman: Nur Agustinus PEKAN UFOLOGI DAN ANTARIKSA World Space Week 2023 9 - 16...
-
Dilaporkan oleh Sdr. Kevin ke Nur Agustinus (BETA-UFO Indonesia), 18 Februari 2020 melalui inbox messenger. Tulisan telah diedit seperluny...
-
Saat UFO Menghancurkan Pesawat yang Menyerangnya Ditulis oleh: Ansh Srivastava Diterjemahkan untuk Infoufo Network. Dikenal sebagai “ Perist...
-
Kompas, Senin, 4 Agustus 1997 Mungkin Ada Kehidupan di Luar Bumi San Francisco, Minggu Richard Hoover saat memberi ceramah di IU...
-
Seorang pilot Angkatan Udara Italia saat menyelesaikan misi pengintaiannya, dalam perjalanan kembali ke pangkalan di Treviso, melihat dan se...
-
Komunitas BETA-UFO (singkatan dari Benda Terbang Aneh - Unidentified Flying Object) mengucapkan dirgahayu ke-76 untuk Republik Indonesia. ...