Rabu, 15 Mei 2019

UFO di atas Surabaya, 25 Maret 1950

Kami membaca di beberapa majalah lokal, bahwa pada Sabtu pagi (25 Maret 1950), di atas Surabaya, ada piring terbang atau sesuatu yang terlihat seperti itu. Piring terbang di Surabaya ini, memiliki fitur yang sangat aneh. Untuk waktu yang lama, obyek tetap berada di tempat yang sama, sementara, seperti diketahui, piring terbang biasanya terbang dengan kecepatan ribuan kilometer per jam melesat di udara. Untuk saat ini, kami berpikir bahwa para penemu cakram terbang Surabaya telah melihat sebuah balon, yang secara teratur dibakar oleh dinas meteorologi di sini.

Diberitakan di De Vrije Pers, 28 Maret 1950



Teks asli bahasa Belanda:
Zaterdagmorgen zou er boven Soerabaja, zo lezen wij in enkele plaatselijke bladen, 'een vliegende schijf of iets, dat daar veel op leek, te zien zijn geweest. Deze Soerabajase vliegende schijf, had echter een zeer vreemde eigenschap. Ze bleef namelijk geruime tijd nagenoeg on dezelfde plaats, terwijl zoals men weet echte vliegende schijven met een vaart van duizenden kilometers per uur door liet het luchtruim plegen te suizen. We houden het er dan voorlopig ook maar op, dat de ontdekkers van do Soerabajase vliegende schijf zich blind hebben staan staren op het ballonnetje, dat op gezette tijden door de meteorologische dienst hier ter stede wordt opgelaten. 





 


UFO di Gorontalo, Sulawesi, Februari 1953

Diberitakan di Het nieuwsblad voor Sumatra tanggal 28 Februari 1953, sebuah UFO berbentuk telur terlihat di atas Gorontalo. Obyek berbentuk telur aneh telah diamati di atas Gorontalo, Sulawesi. Benda aneh yang terbang di udara itu memancarkan cahaya abu-abu kehijauan, sedangkan lampu merah terlihat dari ekor. Dengan cepat "piring terbang" melesat dari Utara ke Selatan.

Sumber:  Het nieuwsblad voor Sumatrm 28 Februari 1953



Teks asli bahasa Belanda:
Boven Gorontalo (Sulawesi Indonesia) is een vreemd eivormig voorwerp waargenomen. Het vreemde voorwerp, dat door de lucht vloog straalde een grijs-groen licht uit, terwijl uit staart een rood licht zichbaar was. Pijlsnel vloog deze „vliegende schotel" van Noord naar Zuid.

UFO muncul di Magelang, 9 Februari 1953

Pada hari Senin sore (9 Februari 1953) sekitar jam 2, sebuah benda aneh teramati di atas Magelang. Obyek itu bulat, putih dan bergerak perlahan dari timur ke barat kota. Ratusan orang telah menyaksikan benda aneh yang tidak bisa dibedakan dengan mudah. Tapi publik langsung tahu jawabannya, itu adalah piring terbang.

Sumber: Sumatra, 12 Februari 1953



Teks asli bahasa Belanda:  
Maandagmiddag omstreeks 2 uur werd boven Magelang een vreemdsoortig voorwerp in de lucht waargenomen een rond wit voorwerp dat zich langzaam voortbewoog van het oosten naar het westen van de stad. Honderden personen stonden te kijken naar dit vreemde voorwerp dat niet goed te onderscheiden was. Maar het publiek wist toch direct het antwoord, een vliegende schotel. 


UFO terlihat di Janga Buya, Aceh, Februari 1953

Setelah UFO terlihat di berbagai tempat di Indonesia, mulai dari bola hingga memanjang, penduduk Janga Buya melihat beberapa hari yang lalu benda aneh melayang di udara. Obyek ini, yang berbentuk piringan, memancarkan sinar sorot. Setelah beberapa saat, benda itu hilang tanpa bekas.

Sumber: Java bode, 24 Februari 1953



UFO di Bedoyo, Jawa Tengah, 21 Oktober 1906

Hari Minggu, 21 Oktober 1906, cahaya merah dengan ukuran seperti penampakan bulan terlihat di Bedoyo, Jawa Tengah, di arah barat daya. Benda itu terbang perlahan di angkasa. Makin lama menjadi semakin kecil hingga akhirnya menghilang di balik awan. Fenomena ini teramari sekitar setengah jam.


Berita ini dimuat di "Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië" tanggal 22 Oktober 1906


Kliping dalam bahasa Belanda


UFO di Bagan Siapi-api, Sumatera, 6 Nov 1957

Sumber: http://sohp.us/collections/ufos-a-history/pdf/GROSS-1957-Nov-6.pdf

6 November 1957, Bagan Siapi-api, Indonesia. (5:00 p.m.)

"Strange objects hovers over water. Black/grennish smoke. Sea water foams. Lamp go out. Boat's engine stops."
Certainly one of the oddest cases of the November 57 flap was the story filed by the US Air Attache in Djakarta. (See Air Intelligence Report)

Lihat juga di sini

 

Pertemuan Salatun dengan J. Allen Hynek

J. Allen Hynek bertemu dengan Salatun. (Foto dari keluarga Pak Salatun)

Pada tahun 1976, Prof. Dr. J. Allen Hynek (alm.), peneliti UFO yang terkenal di Amerika Serikat datang ke Indonesia atas undangan Menteri Luar Negeri kita waktu itu, Bapak Adam Malik (alm). Pak Adam Malik meminta Pak Salatun jadi counter part Mr. Hynek. Pada tanggal 16 dan 20 Desember 1976, diadakan konferensi pers yang diliputi oleh TVRI pada tanggal 16 dan 20 Desember 1976. Liputan TVRI tanggal 16 Desember 1976 memberitakan tentang ceramah J. Allen Hynek dihadapan sejumlah perwira tinggi dan pejabat teras Departemen Hankam RI. Sementara tanggal 20 Desember 1976 di TVRI diadakan wawancara khusus dengan J. Allen Hynek yang menggugah perhatian para penggemar UFO saat itu. Saat itu dianjurkan kepada setiap orang yang menyaksikan UFO agar melaporkan kesaksiannya kepada pemerintah setempat atau LAPAN. Wawancara berlangsung bersama Bapak J. Salatun dengan Willy karamoy dan juga Ir. Tony Hartono (alm) yang memotret sebuah UFO di lepas pantai Cilamaya, Kerawang, Jawa Barat pada tanggal 22 September 1975.

Pertemuan Salatun dengan Von Braun

Sumber: AviaHistoria


 
https://aviahistoria.com/ 

Bagi para pecinta teknologi roket dan antariksa, nama Werner von Braun adalah legenda, beruntung Marsda (Marsekal Muda) R.J. Salatun sebagai ketua LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa) periode tahun 1971-1978 pernah bertemu dengannya.

 

Dikutip dari majalah Angkasa No.3 Desember 2003 Edisi 100 Tahun Penerbangan Wright Bersaudara, pertemuan itu terjadi pada tanggal 7 Oktober 1974 di kantor Fairchild Industries, Maryland, Amerika Serikat, perusahaan tempat Von Braun mengabdi. Dalam pertemuan santai itu mereka mengobrol mengenai seputar teknologi roket, tak ketinggalan pengalaman Von Braun saat muda melaksanakn riset roket pada tahun 1927 lewat perkumpulan VfR (Verain fur Raumschiffartht).

Pria yang lahir pada tanggal 23 Maret 1912 ini mengakui terpaksa bekerjasama dengan pihak militer saat Nazi berkuasa agar cita-citanya dapat membangun roket tercapai. Walaupun tidak ada keinginan sama sekali untuk menciptakan roket untuk perang seperti V-2, cita-cita Von Braun adalah membangun roket untuk dapat menjelajah ke penjuru antariksa dengan langkah pertama mendarat di bulan. Cita-citanya justru tercapai saat bergabung di NASA (National Air & Space Administration) lewat proyek Apollo dan roket Saturn.

Foto kenang-kenangan R. J. Salatun bertemu dengan Werner von Braun di Maryland pada tahun 1974.
Dalam pertemuan ini, R.J. Salatun memberikan kenang-kenangan wayang kulit Adipati Karna yang diukir dengan sangat baik, sampai Von Braun menyeletuk bahwa pembuatan wayang kulit ini lebih rumit daripada membuat satelit ! Mungkin secara tidak langsung, Von Braun ingin menggugah kepada Indonesia untuk ikut membuat satelit di mana dalam penelitiannya enam negara berpenduduk lebih dari 100 juta jiwa yaitu China, India, Uni Soviet, Amerika Serikat, dan Indonesia sedang giat melakukan riset antariksa, sayangnya Indonesia waktu itu masih belum ada niatan membuat satelit, baru sebatas roket. Kalau mengukir wayang kulit yang demikian rumit saja bisa, pastinya membuat satelit pasti juga bisa ! Begitulah kira-kira dibenaknya.

Von Braun memang sangat tertarik pada penelitian antariksa di negara-negara selain Amerika Serikat, dan selalu mau membagi ilmu. Dia pernah berkunjung ke ISRO (Indian Space Research Organisation), LAPAN-nya India yang mengherankan bahwa pengerjaan roket bertingkat perlu SDM (Sumber Daya Manusia) setingkat Doktor…dan tidak hanya satu ! Di Amerika Serikat cukup setingkat insinyur, tapi begitulah India, karena penduduknya banyak maka dibutuhkan lapangan pekerjaan bagi doktor-doktor itu.

Memberikan kenang-kenangan wayang kulit Adipati Karna kepada Von Braun dan seraya menyeletuk, “membuat wayang kulit lebih rumit daripada membuat satelit….”
Dalam pengembangan roket, Von Braun memberikan nasihat kepada R.J. Salatun, “Don’t reinvent the wheel….” Maksudnya adalah jangan melakukan riset dari awal, padahal teknologi itu sudah tersedia yang pastinya akan memakan banyak waktu dan uang. Hal itu juga telah dilakukan oleh LAPAN, tidak melakuan riset dan membangun motor dan bahan bakar roket dari awal, melainkan mengadopsi saja motor roket dari misil SA-75 (SA-2) yang disebut tipe RC-741.

Ada niatan Von Braun ke Indonesia, tapi sayangnya jatuh sakit akibat kanker pankreas dan meninggal pada tanggal 26 Juni 1977. Dia memang berhasil mendaratkan manusia ke bulan, tapi cita-citanya agar teknologi ini memungkinkan manusia menjelajah ke seluruh penjuru antariksa masih belum tercapai. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)


Popular Posts