Rabu, 15 Mei 2019

Pertemuan Salatun dengan Von Braun

Sumber: AviaHistoria


 
https://aviahistoria.com/ 

Bagi para pecinta teknologi roket dan antariksa, nama Werner von Braun adalah legenda, beruntung Marsda (Marsekal Muda) R.J. Salatun sebagai ketua LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa) periode tahun 1971-1978 pernah bertemu dengannya.

 

Dikutip dari majalah Angkasa No.3 Desember 2003 Edisi 100 Tahun Penerbangan Wright Bersaudara, pertemuan itu terjadi pada tanggal 7 Oktober 1974 di kantor Fairchild Industries, Maryland, Amerika Serikat, perusahaan tempat Von Braun mengabdi. Dalam pertemuan santai itu mereka mengobrol mengenai seputar teknologi roket, tak ketinggalan pengalaman Von Braun saat muda melaksanakn riset roket pada tahun 1927 lewat perkumpulan VfR (Verain fur Raumschiffartht).

Pria yang lahir pada tanggal 23 Maret 1912 ini mengakui terpaksa bekerjasama dengan pihak militer saat Nazi berkuasa agar cita-citanya dapat membangun roket tercapai. Walaupun tidak ada keinginan sama sekali untuk menciptakan roket untuk perang seperti V-2, cita-cita Von Braun adalah membangun roket untuk dapat menjelajah ke penjuru antariksa dengan langkah pertama mendarat di bulan. Cita-citanya justru tercapai saat bergabung di NASA (National Air & Space Administration) lewat proyek Apollo dan roket Saturn.

Foto kenang-kenangan R. J. Salatun bertemu dengan Werner von Braun di Maryland pada tahun 1974.
Dalam pertemuan ini, R.J. Salatun memberikan kenang-kenangan wayang kulit Adipati Karna yang diukir dengan sangat baik, sampai Von Braun menyeletuk bahwa pembuatan wayang kulit ini lebih rumit daripada membuat satelit ! Mungkin secara tidak langsung, Von Braun ingin menggugah kepada Indonesia untuk ikut membuat satelit di mana dalam penelitiannya enam negara berpenduduk lebih dari 100 juta jiwa yaitu China, India, Uni Soviet, Amerika Serikat, dan Indonesia sedang giat melakukan riset antariksa, sayangnya Indonesia waktu itu masih belum ada niatan membuat satelit, baru sebatas roket. Kalau mengukir wayang kulit yang demikian rumit saja bisa, pastinya membuat satelit pasti juga bisa ! Begitulah kira-kira dibenaknya.

Von Braun memang sangat tertarik pada penelitian antariksa di negara-negara selain Amerika Serikat, dan selalu mau membagi ilmu. Dia pernah berkunjung ke ISRO (Indian Space Research Organisation), LAPAN-nya India yang mengherankan bahwa pengerjaan roket bertingkat perlu SDM (Sumber Daya Manusia) setingkat Doktor…dan tidak hanya satu ! Di Amerika Serikat cukup setingkat insinyur, tapi begitulah India, karena penduduknya banyak maka dibutuhkan lapangan pekerjaan bagi doktor-doktor itu.

Memberikan kenang-kenangan wayang kulit Adipati Karna kepada Von Braun dan seraya menyeletuk, “membuat wayang kulit lebih rumit daripada membuat satelit….”
Dalam pengembangan roket, Von Braun memberikan nasihat kepada R.J. Salatun, “Don’t reinvent the wheel….” Maksudnya adalah jangan melakukan riset dari awal, padahal teknologi itu sudah tersedia yang pastinya akan memakan banyak waktu dan uang. Hal itu juga telah dilakukan oleh LAPAN, tidak melakuan riset dan membangun motor dan bahan bakar roket dari awal, melainkan mengadopsi saja motor roket dari misil SA-75 (SA-2) yang disebut tipe RC-741.

Ada niatan Von Braun ke Indonesia, tapi sayangnya jatuh sakit akibat kanker pankreas dan meninggal pada tanggal 26 Juni 1977. Dia memang berhasil mendaratkan manusia ke bulan, tapi cita-citanya agar teknologi ini memungkinkan manusia menjelajah ke seluruh penjuru antariksa masih belum tercapai. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)


Popular Posts