Senin, 24 Juli 2017
Jumat, 27 November 2009
Dua sosok misterius di hutan Kemiri, Purworejo
Menurut Ardi, yang namanya orang-orang pedesaan, ikatan persaudaraanya kuat sekali, makanya ia menemani ibu dan budhenya mendatangi hampir semua orang di kampung.
Singkat cerita, di Rabu sore, menjelang magrib, Ardi mengobrol dengan tetangga-tetangga budhenya, hingga kemudian sampai pada suatu cerita menarik dari pak Joko, tetangga agak jauh yang bekerja sebagai penjaga sekolah dan sering masuk hutan mencari kayu, jamur untuk dijual di pasar. Demikian cerita yang disampaikan pak Joko.
Waktu itu, awal bulan puasa, dia lupa harinya. Di sore hari, dia sendirian sedang berjalan keluar dari hutan, menuruni lereng bukit, tidak jauh dari dia berdiri, di pinggir jalan yang menurun berliku, tapi masih jauh dengan kampung terdekat, pak Joko melihat ada dua orang yang berdiri memandanginya, sepertinya mereka sedang menanti pak joko mendekati mereka.
Namun pak Joko ragu-ragu, hingga akhirnya salah satu dari orang asing itu melambai-lambaikan tangannya, seperti memanggilnya, yang membuat pak Joko akhirnya menghampiri mereka.
Apa yang dilihatnya tentang kedua orang tersebut, menurutnya sungguh aneh dan ganjil. Sayangnya pak Joko tidak terlalu mengingat secara detail tentang mereka. Yang diingatnya adalah, tingginya sekitar 170 cm, rambut keduanya pirang seperti bule, namun wajahnya tidak mirip orang kulit putih (eropa). Biji matanya biru ke hijau-hijauan, namun yg satu biru pekat. Yang membuat pak Joko terheran-heran dan agak takut adalah pakaian mereka yang tidak lazim. Pakaiannya sangat tebal, katanya mirip astronot yang pernah dilihat di televisi, dan salah satunya berkerudung. Keduanya memakai sarung tangan berwarna biru, sedang pakaiannya berwarna orange dengan banyak lingkaran-lingkaran warna hijau.
Menurut pak joko, perangai mereka sangat sopan, dan yang mengherankan, orang asing tersebut bertutur dengan bahasa Indonesia yang halus dan ini yang membuat pak Joko kikuk. Belum pernah dia menemui orang yg bertutur dengan aturan yang benar. Sedang yang satunya hanya diam saja.
Mereka mengatakan sedang melakukan penelitian tumbuhan di daerah itu,dan mengajak pak Joko berjalan-jalan bersama mereka. Namun pak Joko menolaknya, alasannya karena dia merasa penampilan orang-orang asing itu yang sangat ganjil selain juga hari sudah sangat sore.
Menurut pak Joko, yang masih diingatnya, di bagian lengan atasnya menempel simbol-simbol aneh yg belum pernah dilihatnya. Juga ada alat seperti jam, namun lebih besar dan agak berpendar yang menempel di pergelangan tangan mereka.
Ardi mengemukakan bahwa desanya bernama desa Kemiri, masih dalam kabupaten Purworejo (deket Yogya), yang sudah merupakan daerah pegunungan, dekat dengan hutan meskipun sudah bukan hutan perawan lagi, tetapi masih cukup lebat dan wingit.
Dilaporkan oleh Ardi Nugroho ke milis BETA-UFO pada tanggal 29 September 2009. [betaufo]
Sabtu, 12 April 2008
Investigasi UFO di Dago, Bandung, 28 Desember 2007, terbukti hanya pantulan lampu
Informasi ini diperoleh dari sebuah blog dan kemudian melalui komunikasi via email dengan pemilik foto (Mrs. Anis and her husband from Singapore) dengan Edy Susanto, UFO investigator dari BETA-UFO Indonesia tanggal 10 April 2008, dan BETA-UFO mendapatkan file asli foto tersebut.
============================
INFORMASI AWAL:
Email from Mrs. Anis:
My husband and myself were on a back-packing trip to Bandung (from Singapore) and we were staying in Dago (forgot the name of the hotel). It was the morning of 28th December 2007 after my husband has performed his morning subuh prayers. He was having a cigarette while looking out of the morning and enjoying the sunrise when he saw this oval-shaped light which was hovering.
He quickly grabbed my Nikon D80 DSLR camera and snapped a few pictures (as attached).
When I saw the first picture he snapped, I thought something's wrong with my camera but after looking thru the next few pictures (in my view finder) I definitely believed they were nothing related with my camera but what was caught in the sky.
I am a part-time wedding photographer in Singapore and there was no way a dirt or light reflection in my camera's CCD can pull off an image like that. And there is definitely no photoshop touch-up or whatsoever that was done on those pics. What you saw on those pics are the actual images in the sky that early morning.
Images
attached are not compressed to allow you to zoom in for your
scrutinisation. Please disregard the time / date attached to the picture
cos my DSLR timing wasn't set accurately at that point in time.
Foto-foto dari Mrs. Anis
============================
Berdasarkan analisa dan penelitian yang dilakukan di lokasi, foto ini dipastikan merupakan pantulan sinar lampu (ceiling lamp) yang ada di dalam kamar hotel tersebut). Tim yang menyelidiki ke lokasi adalah Edy Susanto, Indah Permata dan Julius Perdana.
Laporan dari Edy Susanto: Kami (Julius, Indah dan Edy) mampir ke Hotel Bukit Dago untuk melihat langsung kamar yang pernah dihuni oleh tamu dari Singapore. Kira-kira pukul 12:00 siang hari Sabtu itu tanggal 12 Juli, setelah berkenalan dan berbicara sedikit dengan manager in charge, kami mendapat ijin dari Pak Nugraha untuk melihat langsung kamar di lantai 4. Dengan membawa foto yang telah di cetak ukuran 10R, Pak Nugraha mencoba mencari kamar yang tepat dengan arah pemandangan yang sama. Dibantu juga oleh Pak Haris, staff bagian operasional yang kebetulan berada di tempat dan dengan antusiasnya, beliau juga membandingkan 4 kamar yang bersebelahan dengan maksud mencari posisi yang cocok.
============================
Hi Edy, Yes, we stayed over at Hotel Bukit Dago. And my answeres to your queries
1. Did the light move from one side to the other? Or did it just hover there still? - The light hovered at one point before moving across the sky (from left to right)
2. Did you hear any strange sound before, during and after it disappeared? - Not at all
3. Can you explain more about the way it dissapeared, just blinked out, or fly away? how about the speed? - The object suddenly disappeared ; speed cannot be determined
4. Is there any chance that it was just a reflection from the lamp at the ceiling of the room? - FYI, the window was opened and even if it could be the reflection, the picture would have caught the window frame in the picture.
5. Can you please recall the hotel's name? This is important since there are many at Dago. - Confirmed Hotel Bukit Dago
6. What was the purpose you visit Bandung? - As previously mentioned, we were on a backpacking holiday trip
7. Can we use your name/pictures/url for our reference? We respect privacy. - I would appreciate if my url not be published but I have no qualms with you referencing the image to my name.
We are still sceptical about the images (cos we're not believers of UFO...heheh). Do revert to us if you do find the images of any use. Hope the above information suffice for your research.
Thanks & regards,
Anis
============================
Lokasi tempat pemotret di Google Earth 6°52'36.78"S 107°37'0.44"E (dari Hotel Bukit Dago)

Jumat, 24 Oktober 2003
Ahli Forensik Yakin Bigfoot Benar-benar Ada

Ribuan orang mengaku pernah melihat manusia kera berbulu lebat itu, namun bukti keberadaannya masih kabur. Memang ada beberapa foto yang memperlihatkan makhluk tinggi besar tersebut, tetapi keasliannya diragukan. Sejauh ini banyak pula jejak-jejak kaki yang terlihat, tapi barangkali orang-orang isenglah yang membuatnya. Sisa tulang belulangnya pun tidak pernah ditemukan.
Meski begitu, ada sekelompok kecil ilmuwan yang masih tergoda mencari, bahkan meyakini keberadaan Bigfoot. Walau mungkin mendapat cemooh dari rekan-rekannya, namun kelompok ini mengungkapkan adanya bukti-bukti forensik yang cukup untuk menjalankan suatu ekspedisi yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yakni penelitian ilmiah yang komprehensif untuk membuktikan bahwa makhluk legendaris itu benar-benar ada.
"Berdasar bukti-bukti ilmiah yang telah kami pelajari, Saya yakin ada makhluk di luar sana yang belum diidentifikasikan," kata Jeff Meldrum, seorang profesor anatomi dan antropologi di Idaho State University, Pocatello.
Keturunan kera dari Asia
Cerita mengenai Sasquatch telah terdengar sejak berabad-abad lalu. Legenda mengenai kera raksasa itu selalu diceritakan dari mulut ke mulut oleh kebanyakan suku Indian di Amerika, juga bangsa-bangsa asli Eropa dan Asia. Orang-orang di Himalaya memiliki Manusia Salju Buruk Rupa yang disebut Yeti. Di kalangan orang-orang Aborigin Australia, Bigfoot dikenal sebagai Yowie Man.
Keberadaannya di antara bangsa-bangsa menimbulkan dugaan bahwa makhluk-makhluk di Amerika, Eropa dan Asia itu adalah keturunan dari sebangsa kera besar Asia yang bermigrasi hingga Amerika Utara pada jaman es. Para ilmuwan percaya saat ini setidaknya ada 2.000 manusia kera yang tinggal di hutan-hutan pegunungan Amerika Utara.
Makhluk jantan dewasa dari jenis ini diperkirakan berukuran tinggi 2,4 meter, beratnya sekitar 360 kilogram, dan mempunyai kaki yang ukurannya dua kali lebih besar dari kaki manusia sehingga mereka dikenal sebagai Bigfoot. Makhluk misterius ini diduga aktif malam hari (nocturnal) dan pemalu. Makanan utamanya adalah buah-buahan dan berbagai jenis berri.
Saksi mata
Apakah Bigfoot benar ada? Ya bagi orang-orang seperti Matt Moneymaker. Moneymaker, seorang penjelajah, telah mencari Bigfoot selama bertahun-tahun. Suatu hari, di hutan sebelah timur Ohio, ia mengklaim berjumpa dengan primata itu. "Saat itu jam dua pagi dan bulan seperempat penuh," kata Moneymaker. "Tiba-tiba di depan saya berdiri makhluk setinggi 2,4 meter, berdiri pada jarak lima meter, dan menggeram kapada saya. Ia seolah berkata bahwa saya berada di tempat yang salah."
Moneymaker, yang tinggal di Dana Point, California bagian selatan, adalah seorang pengacara yang di waktu senggangnya mengelola Bigfoot Field Researchers Organization, suatu jaringan yang terdiri dari sekitar 3.000 orang yang mengaku pernah bertemu Sasquatch.
Meski banyak yang mengaku melihat makhluk itu, sayang sekali tidak satupun yang berhasil memotretnya. Barangkali foto Bigfoot paling terkenal adalah yang diambil oleh Roger Patterson pada tahun 1967. Foto kontroversial itu melukiskan Bigfoot betina yang berjalan tergesa-gesa di tepi sebuah sungai di California utara. "Makhluk itu jelas-jelas bukan manusia," kata Moneymaker.
Untuk membuktikan bahwa mereka bukan sekedar berkhayal, para pendukung Bigfoot itu kini mencari bukti-bukti forensik untuk membuktikan keberadaannya. Penyelidik Jimmy Chilcutt dari Kepolisian Conroe, Texas, yang merupakan ahli dalam sidik jari dan jejak kaki, telah menganalisa lebih dari 150 cetakan kaki Bigfoot, yang disimpan di laboratorium Meldrum di Universitas Idaho.
Berdasar salah satu cetakan jejak kaki yang ditemukan tahun 1987 di Walla Walla, negara bagian Washington, Chilcutt meyakinkan bahwa Bigfoot benar-benar ada. "Pola dan teksturenya berbeda dengan pola lain yang pernah saya lihat," ujarnya. "Jelas ini tidak berasal dari manusia atau dari primata lain yang pernah saya ketahui. Pola alurnya memanjang sepanjang telapak, tidak seperti jejak manusia yang melebar. Tekstur telapak juga dua kali lebih tebal dibanding manusia, yang mengindikasikan makhluk ini memiliki kulit yang sangat tebal."
Sementara Meldrum mengatakan bahwa cetakan seberat 180 kilogram yang dikenal sebagai Cetakan Skookum menyajikan bukti yang lebih jelas mengenai keberadaan Bigfoot. Cetakan itu dibuat bulan September 2000 dari bekas jejak makhluk yang berbaring menyamping di sekitar tanah lumpur di Hutan Nasional Gifford Pinchot, di Washington.
Cetakan Skookum menggambarkan bentuk-bentuk yang diketahui sebagai lengan, paha, pinggul, dan juga betis. "Ukurannya 40 hingga 50 persen lebih besar dari manusia normal," kata Meldrum. "Dan anatominya tidak serupa dengan hewan-hewan yang sudah dikenal."
Mengenai hal itu, beberapa akademisi percaya Meldrum bisa jadi benar. Peneliti simpanse terkenal, Jane Goodall, bahkan mengatakan dirinya yakin bahwa primata-primata besar yang belum ditemukan, seperti Yeti atau Sasquatch, benar-benar ada.
Golongan tidak percaya

Hal yang meragukan lagi adalah kenyataan dimana contoh-contoh rambut yang dibawa saksi mata ternyata berasal dari rusa elk, beruang atau sapi. Beberapa penglihatan dan jejak kaki, setelah diselidiki ternyata palsu. "Bukti-itu adalah hasil kerja orang-orang yang mencari sensasi," kata Michael Dennett, salah satu peneliti yang tidak percaya.
Keraguan Dennett terhadap Bigfoot makin besar setelah ia mendengar cerita putra Ray Wallace, seorang pencari jejak Bigfoot. Wallace yang meninggal tahun lalu, menurut sang putra, ternyata menciptakan legenda Bigfoot dengan membuat jejak-jejak kaki palsu dari kayu di wilayah perkemahan sebelah utara California pada tahun 1958.
Sedangkan mengenai cerita dari para saksi mata, Dennett lebih menganggapnya sebagai halusinasi orang-orang saja. "laporan-laporan itu sama dengan laporan dari mereka yang mengaku melihat monster Loch Ness, UFO, atau makhluk lain," katanya. "Pikiran mengenai monster merupakan produk dari khayalan manusia. Kita mendengar cerita-cerita seperti itu di seluruh dunia, karena pada dasarnya setiap manusia memiliki monster dalam pikirannya sendiri." (nationalgeographic/wsn)
Popular Posts
-
Pada tahun 1985-1986, Sinar Harapan menerbitkan 3 buku komik berukuran besar tentang UFO. terjemahan karya Jacques Lob (naskah) dan Robert ...
-
Di tahun 1980an, ada banyak buku dan majalah UFO berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Tanadi Group. Salah satunya adalah dalam bentuk s...
-
Willy Soeharly Willy Soeharly, warga Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) melaporkan kepada BETA-UFO bahwa ia memiliki foto-foto artifak yang d...
-
Pekan Ufologi dan Antariksa #2 berlangsung tanggal 5 dan 6 Oktober 2024 dalam rangka ikut memeriahkan World Space Week (4 – 10 Oktober 2024)...
-
Ketentuan baru dari NDAA menyatakan bahwa semua catatan harus dipublikasikan 25 tahun setelah pembuatannya kecuali jika lembaga menginginkan...
-
Salah satu acara dalam Pekan Ufologi dan Antariksa #2 adalah lomba mewarnai untuk kategori PAUD dan TK. Bertempat di UFO Monument atau Kedai...
-
Diana Pasulka adalah seorang profesor di Departemen Agama dan Kajian Budaya di Universitas Carolina Utara di Wilmington, AS. Ia adalah penul...
-
Pameran Ufologi UNKNOWN ENCOUNTERS Kurator: Irene Agrivina Seniman: Nur Agustinus PEKAN UFOLOGI DAN ANTARIKSA World Space Week 2023 9 - 16...
-
Ufologi adalah sebuah kajian mengenai fenomena UFO yang selama ini masih dianggap sebagai sebuah pseudoscience. Walau demikian ada upaya u...
-
Michael Masters, seorang profesor Biological Anthropology dari Montana Technological University, Butte, telah menulis buku berjudul "Id...