Kamis, 06 September 2018

Misteri UFO, kontroversi tiada akhir

Solo Pos, Edisi : 12/5/2007



Misteri UFO, kontroversi tiada akhir (Bagian I)
Piring terbang itu ternyata sering sambangi Indonesia... 

Belum lama ini situs berita detikcom melaporkan bahwa kawasan Indonesia ternyata akrab dengan fenomena benda terbang tak dikenal atau dalam bahasa Inggris diistilahkan Unidentified Flying Object (UFO).
Menurut catatan salah satu komunitas pemerhati UFO di Indonesia yaitu Beta-UFO yang dikutip detikcom, dalam setahun setidaknya lebih kurang 20 kali UFO menyambangi kawasan Nusantara ini, berdasarkan laporan orang-orang yang mengaku melihatnya dan lantas melaporkannya ke Beta-UFO.

Tapi apa sebenarnya benda terbang tak dikenal atau yang lebih sering disebut UFO itu? Harap diketahui juga, benda tak dikenal ini ternyata juga dijumpai di kawasan samudera dan diistilahkan sebagai Unidentified Submarine Object atau USO.

Hingga sekarang, UFO dan juga USO masih menjadi kontroversi. Ada yang beranggapan penampakan benda-benda itu hanya gejala atau benda alam biasa seperti bintang, meteor, komet, awan, atau benda buatan manusia seperti pesawat terbang, satelit, roket, balon observasi cuaca, kapal selam dan sebagainya. Tapi banyak juga yang berkeyakinan benda-benda itu merupakan kendaraan makhluk dari planet lain. Adanya laporan perjumpaan dengan makhluk asing atau close encounters juga kontroversial karena bukti-bukti yang ada juga masih jadi bahan perbantahan. Bahkan fenomena ini juga dikaitkan dengan hal-hal supranatural atau mistik.

Laporan mengenai UFO ini berdasarkan situs Wikipedia yang mengutip berbagai referensi sudah ada sejak ribuan tahun silam. Sejumlah lukisan gua dari era prasejarah seperti di Hunan, China dan Prancis selatan sudah menunjukkan adanya benda-benda yang di masa sekarang bisa ditafsirkan sebagai UFO. Sejumlah laporan tertulis dari masa-masa sesudahnya juga menyebutkan adanya benda angkasa asing, tapi karena akurasi dari zaman itu yang sulit dipastikan karena juga sering bercampur dengan legenda, maka benar tidaknya fenomena itu sulit ditentukan. Peninggalan sejumlah situs peradaban lama juga banyak ditafsirkan memperlihatkan tanda-tanda atau dokumentasi adanya makhluk dari planet lain. Salah satunya di kawasan Nazca, Peru. Di gurun pasir di kawasan itu terlihat adanya beraneka bentuk geometris seperti bulatan dan garis. Ada pula lukisan bentuk burung atau tanaman. Yang luar biasa, semua bentuk yang berukuran raksasa itu baru bisa dilihat dari udara, padahal bangun-bangun itu kalau merujuk dari peninggalan peradaban di sekitarnya diidentifikasi berasal dari tahun 200 Sebelum Masehi, yang jelas merupakan masa di mana belum dikenal adanya pesawat terbang.

Di Indonesia sendiri, laporan adanya penampakan UFO atau perjumpaan dengan makhluk asing juga sudah cukup lama ada. Situs Beta-UFO mencatat sejumlah dokumentasi laporan keberadaan UFO itu, seperti terjadi di Kepulauan Alor, Juli 1959, sebagaimana diungkap dalam buku karya J Salatun tahun 1982, UFO: Salah Satu Masalah Dunia Masa Kini terbitan Yayasan Idayu.

Dilaporkan, seorang polisi bernama Alwi Alnadad yang memimpin satuan di wilayah itu mendapat laporan dari masyarakat mengenai kehadiran enam makhluk asing yang diidentifikasi berpakaian biru tua lengan panjang dan berkerah tinggi, berambut putih berombak, memakai ikat pinggang dan membawa tongkat berbentuk silinder berwarna keabu-abuan. Polisi sempat mencegat mereka dan lantas menembak dari jarak dekat. Tapi makhluk-makhluk itu menghilang dan jejak darah atau mayat sama sekali tak ada. Polisi hanya menemukan pepohonan yang tumbang terkena peluru.

Setelah insiden itu, banyak penduduk melaporkan adanya benda terbang berbentuk oval putih gemerlapan, terbang dengan kecepatan tinggi mengambang di atas permukaan laut. Benda itu tampak menyusuri pantai dari barat ke timur. Kepulauan Alor terletak di sebelah utara Pulau Timor (NTT).



Misteri UFO, kontroversi tiada akhir (Bagian II)
Banyak orang memburu tapi hasilnya tetap tanda tanya

Salah satu organisasi di Indonesia yang secara serius melakukan pengamatan terhadap fenomena UFO adalah Beta-UFO Indonesia. Organisasi yang didirikan pada tanggal 26 Oktober 1997 ini menghimpun sejumlah orang yang meminati masalah UFO, salah satunya adalah Nur Agustinus, seorang dosen di Surabaya.

Ketika dihubungi Espos, Agustinus mengungkapkan bahwa dirinya memang meminati masalah UFO ini sejak masih kecil. ”Pada dasarnya saya juag tertarik pada astronomi, dan ketika saya menjumpai sejumlah berita dan artikel di koran dan majalah mengenai fenomena UFO, saya jadi makin tertarik,” papar Agustinus yang saat ini menjadi Ketua Beta-UFO.

Menurut Agustinus, selama ini organisasinya banyak menerima laporan dari masyarakat mengenai berbagai fenomena UFO. ”Kami sempat mengirim surat pembaca ke sejumlah media untuk meminta masyarakat agar melapor ke kami jika mengetahui ada fenomena UFO. Ternyata tanggapan yang masuk cukup banyak.”
Dirinya mencontohkan selama bulan November lalu setidaknya ada lima laporan yang masuk dari berbagai tempat seperti Jakarta, Bandung dan Palembang.

Atas berbagai laporan yang masuk itu, Agustinus menyebut bahwa pihaknya selalu melakukan berbagai kajian baik secara literatur maupun kunjungan langsung ke lokasi. Diakuinya, tidak semua laporan yang masuk itu bisa dipastikan berhubungan dengan makhluk dari planet lain. ”Soalnya masyarakat juga sering mengaitkan berbagai fenomena itu dengan makhluk halus, khususnya untuk laporan adanya perjumpaan langsung dengan makhluk asing atau bahkan kasus penculikan. Tapi ada juga laporan yang kalau ditinjau secara ilmiah menurut kajian UFO dari luar negeri memang bisa dikaitkan langsung dengan makhluk dari luar angkasa,” katanya.

Agustinus menyatakan, sejauh ini pihaknya belum melihat adanya masalah di mana orang yang memberikan laporan itu mengada-ada.

”Di luar negeri memang banyak orang bikin cerita-cerita biar mereka terkenal. Tapi kalau di Indonesia kalau ada orang yang bercerita soal pengalamannya ketemu makhluk asing tanggapan orang lain pasti menertawakan,” katanya. ”Apalagi dilihat dari latar belakang orang yang melapor, mereka ini masih bisa dipercaya,” imbuhnya.

Agustinus menyebut, penelitian resmi mengenai UFO di Indonesia sempat mencapai puncaknya tahun 1980-an, ketika Marsekal J Salatun memimpin Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). ”Saat itu LAPAN sempat jadi pusat rujukan untuk pelaporan atau penelitian masalah UFO.
Tapi setelah Pak Salatun tidak menjabat lagi, perhatian terhadap UFO sepertinya juga mulai menghilang,” katanya.

Di luar negeri, penelitian resmi terhadap UFO yang paling terkenal terdapat di AS yaitu Project Blue Book yang diprakarsai oleh Angkatan Udara AS sejak tahun 1952. Proyek ini seperti disebutkan Wikipedia.org memiliki dua tujuan yaitu pertama menentukan apakah UFO merupakan ancaman terhadap keamanan nasional dan kedua melakukan penelitian ilmiah terhadap semua data yang terkait UFO. Proyek ini dihentikan Desember 1969 dan seluruh kegiatan yang terkait dengan penelitian UFO juga dihentikan secara resmi pada Januari 1970.

Proyek ini memang sangat penting bagi AS karena pada era itu Perang Dingin dengan Blok Soviet sedang pada puncaknya. Saat proyek ini ditutup, tercatat ada 12.618 laporan soal UFO yang dihimpun. Penutupan dilakukan setelah berdasarkan evaluasi proyek tersebut tidak layak lagi didanai khususnya dari segi manfaatnya bagi keamanan nasional dan dari sisi penelitian ilmiah.

Proyek itu sendiri menghasilkan sejumlah kesimpulan, di antaranya bahwa sebagian besar laporan soal UFO merupakan hasil identifikasi yang salah atas berbagai fenomena alam atau pesawat terbang biasa, sementara sekitar 6 % diklasifikasikan sebagai tidak bisa diidentifikasi. Namun, sejumlah pihak justru menuding proyek ini justru dilakukan untuk menutupi kasus UFO yang sesungguhnya ada di mana AU AS terlibat aktif menanganinya.


Misteri UFO, kontroversi tiada akhir (Bagian III/Habis)
UFO diyakini sudah hadir sejak ribuan tahun silam

Benarkah peradaban manusia di Bumi dipengaruhi oleh peradaban dari planet lain? Pertanyaan ini muncul berdasarkan adanya sejumlah peninggalan dari peradaban masa lalu yang menunjukkan (atau ditafsirkan menunjukkan) bukti interaksi umat manusia masa itu dengan makhluk dari planet lain.
Peninggalan yang paling terkenal yang banyak ditafsirkan menunjukkan adanya kehadiran makhluk dari planet lain salah satunya adalah dari kebudayaan Nazca di Peru, Amerika Selatan.

Di kawasan yang menjadi lokasi pusat peradaban kuno ini terdapat banyak geoglyphs atau lukisan di atas bumi berukuran amat besar dan hanya bisa dikenali bentuknya dari udara. Berbagai bentuk seperti burung, ikan, monyet dan sebagainya serta bentuk-bentuk geometris seperti garis-garis memanjang, bulatan dan segitiga itu terdapat di kawasan sebesar lebih kurang 1.300 km di mana ada di antara gambar-gambar itu yang berukuran mencapai 20 km. Orang sekarang masih beruntung bisa menyaksikannya karena semua gambar yang dibuat dari galian di tanah dan batu karang itu tetap awet berkat kondisi lingkungan setempat yang sangat kering.

Para ilmuwan sejauh ini meyakini bahwa kesemuanya terkait dengan kepercayaan dan simbolisasi kehidupan masyarakat setempat. Yang belum bisa dipahami adalah kenapa ukurannya harus sedemikian besar dan bagaimana mereka bisa melukis gambar-gambar itu di era di mana belum ada alat untuk membawa manusia terbang. Di sinilah lantas banyak yang menduga bahwa ada campur tangan makhluk lain yang memiliki teknologi yang sangat tinggi dan semestinya berasal dari luar bumi.

Situs Internet UFOEvidence.com menunjukkan pula bukti lain dokumentasi kehadiran makhluk dari luar bumi di sejumlah peradaban kuno. Salah satunya bangsa Dogon yang tinggal di wilayah yang kini masuk negara Mali, Afrika bagian tengah. Wilayah peninggalan peradaban Dogon ini sendiri sudah dijadikan kawasan warisan budaya dunia karena berbagai peninggalan bersejarahnya yang bernilai tinggi dan menunjukkan daya kreasi yang luar biasa.

Namun yang paling menarik perhatian adalah pengetahuan astronomi bangsa ini yang dinilai sangat maju melebihi zamannya. Bangsa ini menjadikan bintang Sirius yang terletak di rasi Canis Major sebagai pusat pengajaran spiritualnya. Yang istimewa, dalam dokumentasi dari masa lebih kurang 1.000 tahun lalu terlihat mereka sudah mengetahui bahwa bintang Sirius terdiri atas dua bintang yaitu Sirius A yang sangat terang dan Sirius B yang merupakan jenis bintang kerdil. Padahal fakta seperti ini baru diketahui para ahli perbintangan modern tahun 1978. Bahkan astronom modern baru mengidentifikasikan Sirius pada pertengahan abad ke-19 dan fotonya juga baru dihasilkan tahun 1970.

Sejumlah naskah kuno dari India yang sezaman dengan Ramayana juga ditafsirkan berisi hal-hal yang berkaitan dengan identifikasi pesawat antariksa melalui istilah vimana. Crystalinks.com yang mengutip sejumlah sumber menyebut bahwa dalam naskah Ramayana disebutkan bahwa vimana adalah kendaraan terbang berbentuk lingkaran atau silinder yang ”terbang secepat angin” dan mengeluarkan ”suara yang berirama.”

Salah satu tokoh yang meyakini adanya pengaruh makhluk dari luar bumi terhadap peradaban manusia adalah penulis asal Swiss, Erich von Daniken. Dia berargumen bahwa sejumlah bangunan besar dari era ribuan tahun lalu yang hingga kini masih ada seperti patung-patung raksasa di Pulau Paskah atau Stonehenge di Inggris mustahil dibangun oleh manusia sendiri dengan penguasaan pengetahuan dan teknologi di masanya. Dia juga menyebut banyaknya identifikasi keberadaan pesawat atau makhluk dari planet lain yang bisa ditemukan di berbagai kebudayaan, meski di antara berbagai kebudayaan itu tidak atau belum mengalami kontak satu sama lain.


Namun pendapat Von Daniken ditentang oleh sejumlah ilmuwan seperti Carl Sagan. Meski tidak menyangkal kemungkinan adanya kedatangan makhluk dari planet lain, namun Sagan dan sejumlah ilmuwan lain menyatakan bahwa belum ada bukti yang betul-betul kuat mengenai kehadiran peradaban dari luar bumi itu. Para tokoh penentang teori pengaruh dari luar bumi juga menyatakan, deskripsi mengenai benda atau makhluk luar angkasa dari berbagai kebudayaan kuno itu lebih terkait dengan imajinasi manusia yang dipengaruhi berbagai fenomena alam seperti meteor, komet dan sebagainya.  - R Bambang Aris S

Popular Posts