Solo Pos, Edisi : 12/5/2007
Misteri UFO, kontroversi tiada akhir (Bagian I)
Piring terbang itu ternyata sering sambangi Indonesia ...
Belum lama ini situs berita detikcom melaporkan bahwa
kawasan Indonesia
ternyata akrab dengan fenomena benda terbang tak dikenal atau dalam bahasa
Inggris diistilahkan Unidentified Flying Object (UFO).
Menurut catatan salah satu komunitas pemerhati UFO di
Indonesia yaitu Beta-UFO yang dikutip detikcom, dalam setahun setidaknya lebih
kurang 20 kali UFO menyambangi kawasan Nusantara ini, berdasarkan laporan
orang-orang yang mengaku melihatnya dan lantas melaporkannya ke Beta-UFO.
Tapi apa sebenarnya benda terbang tak dikenal atau yang
lebih sering disebut UFO itu? Harap diketahui juga, benda tak dikenal ini
ternyata juga dijumpai di kawasan samudera dan diistilahkan sebagai
Unidentified Submarine Object atau USO.
Hingga sekarang, UFO dan juga USO masih menjadi kontroversi.
Ada yang
beranggapan penampakan benda-benda itu hanya gejala atau benda alam biasa
seperti bintang, meteor, komet, awan, atau benda buatan manusia seperti pesawat
terbang, satelit, roket, balon observasi cuaca, kapal selam dan sebagainya.
Tapi banyak juga yang berkeyakinan benda-benda itu merupakan kendaraan makhluk
dari planet lain. Adanya laporan perjumpaan dengan makhluk asing atau close
encounters juga kontroversial karena bukti-bukti yang ada juga masih jadi bahan
perbantahan. Bahkan fenomena ini juga dikaitkan dengan hal-hal supranatural
atau mistik.
Laporan mengenai UFO ini berdasarkan situs Wikipedia yang
mengutip berbagai referensi sudah ada sejak ribuan tahun silam. Sejumlah
lukisan gua dari era prasejarah seperti di
Hunan , China
dan Prancis selatan sudah menunjukkan adanya benda-benda yang di masa sekarang
bisa ditafsirkan sebagai UFO. Sejumlah laporan tertulis dari masa-masa
sesudahnya juga menyebutkan adanya benda angkasa asing, tapi karena akurasi
dari zaman itu yang sulit dipastikan karena juga sering bercampur dengan
legenda, maka benar tidaknya fenomena itu sulit ditentukan. Peninggalan sejumlah
situs peradaban lama juga banyak ditafsirkan memperlihatkan tanda-tanda atau
dokumentasi adanya makhluk dari planet lain. Salah satunya di kawasan Nazca , Peru .
Di gurun pasir di kawasan itu terlihat adanya beraneka bentuk geometris seperti
bulatan dan garis. Ada
pula lukisan bentuk burung atau tanaman. Yang luar biasa, semua bentuk yang
berukuran raksasa itu baru bisa dilihat dari udara, padahal bangun-bangun itu
kalau merujuk dari peninggalan peradaban di sekitarnya diidentifikasi berasal
dari tahun 200 Sebelum Masehi, yang jelas merupakan masa di mana belum dikenal
adanya pesawat terbang.
Di Indonesia sendiri, laporan adanya penampakan UFO atau
perjumpaan dengan makhluk asing juga sudah cukup lama ada. Situs Beta-UFO
mencatat sejumlah dokumentasi laporan keberadaan UFO itu, seperti terjadi di
Kepulauan Alor, Juli 1959, sebagaimana diungkap dalam buku karya J Salatun
tahun 1982, UFO: Salah Satu Masalah Dunia Masa Kini terbitan Yayasan Idayu.
Dilaporkan, seorang polisi bernama Alwi Alnadad yang memimpin
satuan di wilayah itu mendapat laporan dari masyarakat mengenai kehadiran enam
makhluk asing yang diidentifikasi berpakaian biru tua lengan panjang dan
berkerah tinggi, berambut putih berombak, memakai ikat pinggang dan membawa
tongkat berbentuk silinder berwarna keabu-abuan. Polisi sempat mencegat mereka
dan lantas menembak dari jarak dekat. Tapi makhluk-makhluk itu menghilang dan
jejak darah atau mayat sama sekali tak ada. Polisi hanya menemukan pepohonan
yang tumbang terkena peluru.
Setelah insiden itu, banyak penduduk melaporkan adanya benda
terbang berbentuk oval putih gemerlapan, terbang dengan kecepatan tinggi
mengambang di atas permukaan laut. Benda itu tampak menyusuri pantai dari barat
ke timur. Kepulauan Alor terletak di sebelah utara Pulau Timor (NTT ).
Misteri UFO, kontroversi tiada akhir (Bagian II)
Banyak orang memburu tapi hasilnya tetap tanda tanya
Salah satu organisasi di Indonesia yang secara serius
melakukan pengamatan terhadap fenomena UFO adalah Beta-UFO Indonesia .
Organisasi yang didirikan pada tanggal 26 Oktober 1997 ini menghimpun sejumlah
orang yang meminati masalah UFO, salah satunya adalah Nur Agustinus, seorang
dosen di Surabaya.
Ketika dihubungi Espos, Agustinus mengungkapkan bahwa
dirinya memang meminati masalah UFO ini sejak masih kecil. ”Pada dasarnya saya
juag tertarik pada astronomi, dan ketika saya menjumpai sejumlah berita dan
artikel di koran dan majalah mengenai fenomena UFO, saya jadi makin tertarik,”
papar Agustinus yang saat ini menjadi Ketua Beta-UFO.
Menurut Agustinus, selama ini organisasinya banyak menerima
laporan dari masyarakat mengenai berbagai fenomena UFO. ”Kami sempat mengirim surat pembaca ke sejumlah
media untuk meminta masyarakat agar melapor ke kami jika mengetahui ada
fenomena UFO. Ternyata tanggapan yang masuk cukup banyak.”
Dirinya mencontohkan selama bulan November lalu setidaknya
ada lima
laporan yang masuk dari berbagai tempat seperti Jakarta , Bandung dan Palembang .
Atas berbagai laporan yang masuk itu, Agustinus menyebut
bahwa pihaknya selalu melakukan berbagai kajian baik secara literatur maupun
kunjungan langsung ke lokasi. Diakuinya, tidak semua laporan yang masuk itu
bisa dipastikan berhubungan dengan makhluk dari planet lain. ”Soalnya
masyarakat juga sering mengaitkan berbagai fenomena itu dengan makhluk halus,
khususnya untuk laporan adanya perjumpaan langsung dengan makhluk asing atau
bahkan kasus penculikan. Tapi ada juga laporan yang kalau ditinjau secara
ilmiah menurut kajian UFO dari luar negeri memang bisa dikaitkan langsung dengan
makhluk dari luar angkasa,” katanya.
Agustinus menyatakan, sejauh ini pihaknya belum melihat
adanya masalah di mana orang yang memberikan laporan itu mengada-ada.
”Di luar negeri memang banyak orang bikin cerita-cerita biar
mereka terkenal. Tapi kalau di Indonesia
kalau ada orang yang bercerita soal pengalamannya ketemu makhluk asing
tanggapan orang lain pasti menertawakan,” katanya. ”Apalagi dilihat dari latar
belakang orang yang melapor, mereka ini masih bisa dipercaya,” imbuhnya.
Agustinus menyebut, penelitian resmi mengenai UFO di
Indonesia sempat mencapai puncaknya tahun 1980-an, ketika Marsekal J Salatun
memimpin Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). ”Saat itu LAPAN
sempat jadi pusat rujukan untuk pelaporan atau penelitian masalah UFO.
Tapi setelah Pak Salatun tidak menjabat lagi, perhatian
terhadap UFO sepertinya juga mulai menghilang,” katanya.
Di luar negeri, penelitian resmi terhadap UFO yang paling
terkenal terdapat di AS yaitu Project Blue Book yang diprakarsai oleh Angkatan
Udara AS sejak tahun 1952. Proyek ini seperti disebutkan Wikipedia.org memiliki
dua tujuan yaitu pertama menentukan apakah UFO merupakan ancaman terhadap
keamanan nasional dan kedua melakukan penelitian ilmiah terhadap semua data
yang terkait UFO. Proyek ini dihentikan Desember 1969 dan seluruh kegiatan yang
terkait dengan penelitian UFO juga dihentikan secara resmi pada Januari 1970.
Proyek ini memang sangat penting bagi AS karena pada era itu
Perang Dingin dengan Blok Soviet sedang pada puncaknya. Saat proyek ini
ditutup, tercatat ada 12.618 laporan soal UFO yang dihimpun. Penutupan
dilakukan setelah berdasarkan evaluasi proyek tersebut tidak layak lagi didanai
khususnya dari segi manfaatnya bagi keamanan nasional dan dari sisi penelitian
ilmiah.
Proyek itu sendiri menghasilkan sejumlah kesimpulan, di
antaranya bahwa sebagian besar laporan soal UFO merupakan hasil identifikasi
yang salah atas berbagai fenomena alam atau pesawat terbang biasa, sementara
sekitar 6 % diklasifikasikan sebagai tidak bisa diidentifikasi. Namun, sejumlah
pihak justru menuding proyek ini justru dilakukan untuk menutupi kasus UFO yang
sesungguhnya ada di mana AU
AS terlibat aktif menanganinya.
Misteri UFO, kontroversi tiada akhir (Bagian III/Habis)
UFO diyakini sudah hadir sejak ribuan tahun silam
Benarkah peradaban manusia di Bumi dipengaruhi oleh
peradaban dari planet lain? Pertanyaan ini muncul berdasarkan adanya sejumlah
peninggalan dari peradaban masa lalu yang menunjukkan (atau ditafsirkan
menunjukkan) bukti interaksi umat manusia masa itu dengan makhluk dari planet
lain.
Peninggalan yang paling terkenal yang banyak ditafsirkan
menunjukkan adanya kehadiran makhluk dari planet lain salah satunya adalah dari
kebudayaan Nazca di Peru ,
Amerika Selatan.
Di kawasan yang menjadi lokasi pusat peradaban kuno ini
terdapat banyak geoglyphs atau lukisan di atas bumi berukuran amat besar dan
hanya bisa dikenali bentuknya dari udara. Berbagai bentuk seperti burung, ikan,
monyet dan sebagainya serta bentuk-bentuk geometris seperti garis-garis
memanjang, bulatan dan segitiga itu terdapat di kawasan sebesar lebih kurang
1.300 km di mana ada di antara gambar-gambar itu yang berukuran mencapai 20 km.
Orang sekarang masih beruntung bisa menyaksikannya karena semua gambar yang
dibuat dari galian di tanah dan batu karang itu tetap awet berkat kondisi
lingkungan setempat yang sangat kering.
Situs Internet UFOEvidence.com menunjukkan pula bukti lain
dokumentasi kehadiran makhluk dari luar bumi di sejumlah peradaban kuno. Salah
satunya bangsa Dogon yang tinggal di wilayah yang kini masuk negara Mali , Afrika
bagian tengah. Wilayah peninggalan peradaban Dogon ini sendiri sudah dijadikan
kawasan warisan budaya dunia karena berbagai peninggalan bersejarahnya yang
bernilai tinggi dan menunjukkan daya kreasi yang luar biasa.
Namun yang paling menarik perhatian adalah pengetahuan
astronomi bangsa ini yang dinilai sangat maju melebihi zamannya. Bangsa ini
menjadikan bintang Sirius yang terletak di rasi Canis Major sebagai pusat
pengajaran spiritualnya. Yang istimewa, dalam dokumentasi dari masa lebih kurang
1.000 tahun lalu terlihat mereka sudah mengetahui bahwa bintang Sirius terdiri
atas dua bintang yaitu Sirius A yang sangat terang dan Sirius B yang merupakan
jenis bintang kerdil. Padahal fakta seperti ini baru diketahui para ahli
perbintangan modern tahun 1978. Bahkan astronom modern baru mengidentifikasikan
Sirius pada pertengahan abad ke-19 dan fotonya juga baru dihasilkan tahun 1970.
Sejumlah naskah kuno dari India yang sezaman dengan Ramayana
juga ditafsirkan berisi hal-hal yang berkaitan dengan identifikasi pesawat
antariksa melalui istilah vimana. Crystalinks.com yang mengutip sejumlah sumber
menyebut bahwa dalam naskah Ramayana disebutkan bahwa vimana adalah kendaraan
terbang berbentuk lingkaran atau silinder yang ”terbang secepat angin” dan mengeluarkan
”suara yang berirama.”
Salah satu tokoh yang meyakini adanya pengaruh makhluk dari
luar bumi terhadap peradaban manusia adalah penulis asal Swiss, Erich von
Daniken. Dia berargumen bahwa sejumlah bangunan besar dari era ribuan tahun
lalu yang hingga kini masih ada seperti patung-patung raksasa di Pulau Paskah
atau Stonehenge di Inggris mustahil dibangun oleh manusia sendiri dengan
penguasaan pengetahuan dan teknologi di masanya. Dia juga menyebut banyaknya
identifikasi keberadaan pesawat atau makhluk dari planet lain yang bisa
ditemukan di berbagai kebudayaan, meski di antara berbagai kebudayaan itu tidak
atau belum mengalami kontak satu sama lain.
Namun pendapat Von Daniken ditentang oleh sejumlah ilmuwan
seperti Carl Sagan. Meski tidak menyangkal kemungkinan adanya kedatangan
makhluk dari planet lain, namun Sagan dan sejumlah ilmuwan lain menyatakan
bahwa belum ada bukti yang betul-betul kuat mengenai kehadiran peradaban dari
luar bumi itu. Para tokoh penentang teori
pengaruh dari luar bumi juga menyatakan, deskripsi mengenai benda atau makhluk
luar angkasa dari berbagai kebudayaan kuno itu lebih terkait dengan imajinasi
manusia yang dipengaruhi berbagai fenomena alam seperti meteor, komet dan
sebagainya. - R Bambang Aris S